METROMANDIRI.COM - Provinsi Riau, terhampar indah di pesisir Timur pulau Sumatra, secara georafis sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara dan Selat Malaka, sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Jambi, sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Kepulauan Riau dan Selat Malaka, sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Sumatera Utara. Provinsi Riau terhampar dari lereng Bukit Barisan sampai dengan Selat Malaka, terletak antara 01°31–02°25 Lintang Selatan dan 100°–105° Bujur Timur. Daerah Provinsi Riau terdiri dari 10 Kabupaten dan 2 Kota Yakni Kabupaten Kuantan Singingi, Kabupaten Indragiri Hulu, Kabupaten Indragiri Hilir, Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Siak, Kabupaten Kampar, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Kepulauan Meranti, Kota Pekanbaru (Ibukota Provinsi Riau), dan Kota Dumai.
Provinsi Riau merupakan rumah bagi salah satu ekosistem paling penting di Indonesia: Lahan Gambut. Dengan luas mencapai 5,3 juta hektar menurut data Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) yang tersebar di sepanjang pesisir timur Provinsi Riau. Lahan gambut terbentuk dari material-material organik seperti serasah, ranting pohon, akar pohon, dan kayu yang tidak membusuk secara sempurna sehingga menumpuk dan membuat lapisan gambut. Proses pembentukan gambut membutuhkan waktu ribuan tahun dan melibatkan akumulasi berbagai bahan organik dalam lingkungan yang basah dan oksigen rendah. Lahan gambut sangat unik karena memiliki tingkat daya serap air yang sangat tinggi. Hal tersebut disebabkan karena pori-pori tanah gambut sangat besar sehingga air dapat terserap dengan mudah, kadar keasaman di lahan gambut sangat asam (pH<4) yang membuat tingkat kesuburannya pun rendah karena unsur hara makro dan mikro (P, K, Ca, Mg, Cu, Zn, Mn, dan Fe) yang cenderung rendah dibandingkan tanah mineral sehingga hanya beberapa jenis tumbuhan tertentu saja yang dapat hidup di lahan gambut.
Kedalaman lahan gambut bisa mencapai lebih dari 2 meter, sehingga gambut mampu menyimpanan kandungan karbon yang besar, dan berperan penting dalam mengurangi emisi gas rumah kaca. Lahan gambut juga menyediakan habitat bagi berbagai spesies satwa liar dan vegetasi, termasuk beberapa yang terancam punah. Seperti orangutan, harimau Sumatera, dan berbagai spesies lainnya. Selain itu, Gambut dapat menyerap air seperti spons, membantu mencegah banjir saat musim hujan dan melepaskan air saat musim kering.
Lahan gambut Riau menjadi benteng penting dalam upaya mitigasi perubahan iklim sekaligus penyokong kehidupan masyarakat pesisir timur Sumatra. Namun, keberadaan lahan gambut ini tak lepas dari berbagai tantangan, mulai dari kebakaran hutan hingga degradasi lingkungan. Ini menjadi refleksi 5 tahun APRIL2030 tentang pentingnya keberlanjutan.
Dulu, gambut Riau identik dengan kabut asap. Namun kini, gambut perlahan bangkit. Di balik kebangkitan itu, terdapat sinergi yang kuat antara APRIL Group, Pemerintah, Masyarakat, dan Pemangku Kepentingan yang bersama-sama menjaga dan merawat gambut yang kaya akan keanekaragaman hayati.
Salah satu contoh nyata kolaborasi ini tampak jelas melalui program pengelolaan gambut berkelanjutan yang dijalankan oleh RAPP. Sebagai pelopor dalam inisiatif ini, RAPP memimpin berbagai langkah strategis yang tak hanya berfokus pada konservasi lingkungan, tetapi juga mengutamakan pemberdayaan masyarakat. Melalui pendekatan kolaboratif, RAPP menggandeng warga lokal untuk bersama-sama merawat dan memanfaatkan lahan gambut secara bijak, memastikan keberlanjutan ekosistem sekaligus membuka peluang ekonomi hijau bagi masyarakat sekitar.
Sejak diluncurkannya kebijakan Sustainable Forest Management Policy 2.0 (SFMP 2.0) pada tahun 2015, APRIL Group telah mengambil langkah besar dalam menjaga ekosistem gambut.
Dalam Satu Dekade, lebih dari 150.000 hektar lahan gambut telah direstorasi, salah satunya melalui program pemberdayaan masyarakat yang merupakan salah satu Upaya untuk keberlajutan. Masyarakat yang tinggal di sekitar lahan gambut, seperti di Desa Kuala Panduk, Kabupaten Pelalawan dilibatkan dalam berbagai kegiatan pelatihan dalam bertani dengan cara ramah lingkungan.
Salah seorang anggota Masyarakat Desa Panduk, Budi, mengatakan, “Dulu kami sering mengalami kebakaran lahan, tetapi sekarang, kami tahu cara melindungi gambut dan mendapatkan cuan yang banyak melalui program binaan Community Development, RAPP terus memberikan semangat kepada kami untuk tidak mudah menyerah dan selalu membantu kami dalam menghadapi kendala yang ada.” Lebih dari sekadar melestarikan alam, pengelolaan gambut yang berkelanjutan juga membuka peluang bagi terciptanya ekonomi hijau. Masyarakat yang sebelumnya hanya bertani secara konvensional, kini mulai beralih ke budidaya tanaman khas gambut seperti nanas. Hasilnya? Pendapatan meningkat, alam tetap terjaga.
“Pendapatan kami meningkat sejak kami diterima dalam program pelatihan. Kami tidak hanya melestarikan lingkungan, tetapi juga memperoleh penghasilan yang stabil, Program pemberdayaan ini, memang membantu meningkatkan kesejahteraan Masyarakat dan bisa sekaligus melestarikan hutan” ungkap Siti, petani nanas di Desa Panduk.
Komitmen Group tak berhenti di situ. Melalui inisiatif jangka Panjang APRIL2030 perusahaan menargetkan restorasi hingga 350.000 hektar lahan gambut pada tahun 2030. Lima tahun pertama program ini menjadi refleksi 5 tahun APRIL2030 atas kemajuan dan tantangan yang dihadapi. APRIL2030 tak hanya fokus pada konservasi, tetapi juga memastikan masyarakat sekitar hutan turut merasakan manfaatnya melalui peluang usaha dan peningkatan kesejahteraan.
Kolaborasi lintas sektor menjadi kunci keberhasilan. Pemerintah, Perusahaan, lembaga riset, hingga organisasi non-pemerintah bersatu dalam menciptakan ekonomi hijau yang mendukung kesejahteraan masyarakat sekaligus menjaga kelestarian alam. Melalui program Satu Dekade SFMP 2.0, APRIL Group membuktikan bahwa pelestarian alam dan kesejahteraan masyarakat bisa berjalan beriringan. Inisiatif ini menjadi contoh nyata bagaimana sustainability tak hanya menjadi slogan, tetapi aksi nyata di lapangan. (*)
Ditulis Oleh: Wanda Pirdana (Universitas Riau)
Komentar Anda :