Cerpen
"Kalau kita disuruh sekedar fokus pada diri sendiri, bagaimana memaknai ayat tentang rasa sakit yang dipergilirkan di antara manusia (Aali Imran: 140)? Terhadap mereka yang mengganggu dalam kehidupan sehari-hari, baik verbal maupun perbuatan seperti melakukan perbuatan yang bertentangan dengan integritas keimanan meski dengan dalih perlombaan dalam kebaikan (pada segmenkeduniaan) namun dengan cara tadi, menyangsikan perintah lainnya.
Pada saat yang sama meyakini bahwa Allah akan menimpakan gangguan terhadap mereka. Maka kita juga membutuhkan fakta sosial berupa kenyataan yang menimpa mereka." Ungkap Akhi Arie panjang dalam cuplikan video podcast yang telah disaksikan 1,8jt., penonton tersebut.
"Kalau saya yakin saja si terhadap ayat tersebut" Balas saya menimpali singkat.
"Bukan ayatnya yang bermasalah sama sekali, tapi saya berusaha fokus pada ungkapan fokus pada diri sendiri, jangan sampai justru menjebak kita pada paham seperti individual, eksklusif, dll.!"
"Bukankah Nabi Ibrahim sebagai satu suri teladan dikisahkan pernah memohon keharibaan Ilahi untuk menjelaskan bagaimana cara Allah menghidupkan mayit (al-Baqaroh: 260) yang kemudian turun instruksi untuk memotong seekor burung menjadi beberapa bagian dan ditaroh di dua tempat terpisah. Kemudian dengan izin Allah suatu panggilan saja membangkitkan kembali menjadi burung tersebut menjadi seperti sedia kala." Tamtsil Arie.
"Memang tidak terlarang sebenarnya melakukan hal tersebut. Contoh lainnya bisa dilihat pada pengikut Isa sebagai Ulul 'Azmi juga agar menurunkan makanan dari langit dalam rangka memperteguh keyakinan!" "Banyak contoh lain juga terjadi di kalangan para Sahabat Rasul yang mengalami keajaiban bahkan tanpa permohonan seperti Khalid bin Walid yang suatu ketika menyeberangi sungai tanpa tenggelam!" Lanjutnya.
Memang begitu, namun penting juga kesadaran akan diri ini siapa agar tidak terjangkit "ngurur" (syetan penipu/pemanjang angan-angan), perlu sadar maqam, bukan dukun!" Canda saya.
Jadi terpaut pada ungkapan pertama, fokus pada diri sendiri maksud saya menukil ustadz dalam suatu pengajian online, adalah dalam rangka beramal salih bukan kepada balasan yang hanya beberapa di antara saja yang disegerakan di dunia, termasuk pertolongan Allah terhadap gangguang atas seorang hamba atau suatu kaum.
Suatu diskusi yang menarik dalam kemasan podcast.
Usaha pencerahan dan berlomba dalam kebaikan secara sungguh serta mengedepankan kepatutan. Menggabungkan berbagai perspektif seperti agama, filsafat dan ilmu kemudian mendiskusikannya. "Meski serupa materi podcast ini serupa potongan-potongan waktu, yaitu serial. Aku berharap diskusi ini masih berlanjut." Bisik batin saya.
Oleh: Nazwar, S. Fil., M. Phil. (Penulis Lepas Lintas Jogja Sumatera)
Komentar Anda :